HIBLINK
Mengapa Hawa Diciptakan Saat Adam As Tertidur?
Allah swt swt menciptakan adam as sebagai manusia pertama yang ada dan tinggal di surga...
pada awal penciptaanya, Adam as tinggal seorang diri di dalam surga sehingga ia merasakan kesepian. maka ketika adam as tertidur, Allah swt menciptakan pasangannya hawa untuk teman hidupnya dari salah satu tulang rusuknya. tahukah saudarku apa hikmah dan apa sebabnya kenapa hawa diciptakan dari adam ketika adam as tertidur?? kenapa Allah swt tidak menciptakannya ketika adam as tersadar??
konon katanya seorang lelaki apabila merasakan sakit atau tersakiti maka dengan cepat ia akan membenci apa yang membuatnya merasa sakit. berbeda dengan seorang perempuan ketika ia merasa tersakiti ia tidak langsung cepat membencinya justru semakin bertambah rasa kelembutan dan cintanya. kerananya, andaikan saja hawa diciptakan dari adam saat adam as tersadar. adam pasti akan merasakan sakit saat penciptaan hawa lantas membencinya. akan tetapi Allah swt menciptakan hawa ketika adam as tertidur sehingga adam tidak merasakan sakit dan ia tidak membencinya.
coba kita lihat ketika seorang perempuan hendak melahirkan. ia dalam keadaan tersadar dan merasakan sakit yang sangat luar biasa bahkan ia melihat kematian ada di depannya. akan tetapi ia justru semakin bertambah kelembutannya juga mencintai putra yang dilahirkannya bahkan ia pun rela berkorban nyawa untuk kehidupan putranya.
mari kita kembali ke adam dan hawa.
hawa diciptakan dari tulang rusuk adam as yang bengkok. tulang rusuk yang berfungsi melindungi hati atau organ tubuh bagian dalam tubuh. lalu hikmahnya apalagi? tahukah saudaraku sebab kenapa Allah swt menciptakan hawa dari tulang rusuk yang bengkok?
adalah karena Allah swt menciptakan hawa untuk menjaga hati. inilah peran kaum hawa "penjaga hati", maka ia diciptakan dari tempat yang berperan dan berinteraksi dengan hati. berbeda dengan adam yang diciptakan dari tanah. karena ia akan berperan dan berinteraksi dengan tanah. ia mampu berperan sebagai seorang petani, atau tukang bangunan, atau tukang batu dan sebagainya. tidak halnya seorang perempuan. ia akan berperan dan berinteraksi dengan hati dan dengan kelembutannya. ia mampu menjadi seorang ibu yang tulus, sebagai seorang saudari yang penuh kasih sayang, sebagai seorang gadis yang lembut, sebagai seorang istri yang setia.
sejenak kita simpan dulu kisah penciptaan adam dan hawa.
dalam ilmu kedokteran, dikatakan bahwa fungsi dari tulang rusuk adalah salah satunya menjaga organ tubuh bagian dalam dari benturan atau pukulan yang ringan sekalipun yang dapat merusak organ tubuh bagian dalam seperti hati. maka itulah Allah swt swt sebagai pencipta yang sempurna menciptakan tulang rusuk yang berfungsi untuk menjaga hati dan menjadikanya melengkung sebagai pelindung hati dari sisi yang lain. maka seandainya tidak ada tulang rusuk dan tidak berbentuk melengkung organ tubuh bagian dalam tidak dapat terlindungi dan bisa menyebabkan kematian hanya dengan sebab sebuah benturan yang ringan dari luar tubuh.
jadi, berbanggalah wahai kaum hawa yang telah diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. karena ia mampu menjaga dan melindungi hati dari berbagai sisi. dan hendaknya bagi kaum adam tidak mencoba untuk meluruskannya. jika seorang laki-laki mencoba berusaha meluruskannya pasti ia akan pecah. Dan seperti itulah yang digambarkan nabi saw.
bengkoknya tulang rusuk adalah sebagai gambaran sifat feminim dan kelambutan seorang perempuan. maka wahai kaum adam, jangan sekali-kali merendahkan kefeminisan kaum hawa. sunggu ia memang diciptakan dengan tabiat seperti itu, dia cantik dengan seperti itu dan engkau membutuhkannya tetap seperti itu. sanjunglah dengan kelambutannya dan jangan mempermainkan perasaannnya. dan wahai kaum hawa, jaganlah merasa rendah dengan tabiatmu seperti itu. sungguh ia adalah tabiat yang indah dan dunia membutuhkannya.
Keajaiban Air Mata
Air mata, yang diasumsikan banyak orang sebagai "air yang asin yang keluar ketika menangis", sebenarnya adalah cairan yang sangat spesial.
Tugas pertamanya adalah untuk melindungi mata dari mikroba, enzim "lysozyme" di dalamnya mampu menghancurkan berbagai macam bakteri dan untuk membunuh mikroba. Mata dilindungi dari infeksi melalui lysozyme. Zat ini bahkan lebih efektif daripada zat pembasmi kuman yang kuat yang digunakan untuk membersihkan gedung dari mikroba.
Dan bagaimana mungkin pembasmi kuman yang begitu efektif tersebut tidak membahayakan mata dan sebaliknya malah melindungi dengan sempurna? inilah tingginya karya seni ciptaan ALLAH. Airmata diciptakan dengan cara yang sangat tepat dan berkenaan dengan struktur kimianya. Koordinasi sempurna ini yang hadir di tiap segi kehidupan berlaku juga bagi mata dan air mata.
Ada juga sistem lubrikasi pada mata, sistem ini mencegah mata yang berubah arah pada empat arah berbeda untuk ratusan kali, dari kerusakan akibat gerakan-gerakan ini.
Air mata adalah anugerah yang diberikan Allah SWT:
Dia-lah ALLAH Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia Memiliki nama-nama yang indah. Apa yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (QS al-Hasyr: 24)
Burung Pemakan Ikan
Seekor burung pemakan ikan tengah duduk di samping sebuah kolam kecil yang jernih airnya. Ia asik memandang ikan kecil dan sedang yang tengah berenang di dalam air. Hatinya begitu tersiksa setiap kali melihat ikan-ikan itu dengan bebasnya berenang. Karena ia begitu ingin menangkap dan memakannya. Tapi apa daya ia sudah terlalu tua dan tidak mampu untuk menangkap ikan bahkan ikan yang paling kecil sekalipun.
Di balik mata air yang tenang ada dunia yang penuh dengan kegalauan dan hasrat. Karena bila kondisi seperti ini terus berlanjut, burung pemakan ikan yang sudah tua ini harus merelakan dirinya mati kelaparan. Ketika ia melihat ke dalam air, sesaat ia berpikir untuk menerapkan tipu daya demi memenuhi perutnya yang kosong. Ia mulai mendekat kolam kecil itu dan duduk tepat di samping rumah seekor kepiting. Setelah itu ia mulai berteriak seakan-akan merasakan kesakitan.
Kepiting keluar dari rumahnya dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi padamu? Mengapa engkau terlihat begitu kusut dan sedih?”
Burung pemakan ikan menjawab, “Dunia yang ada ini tidak memberikan tempat kepadaku untuk bergembira dan merasa senang. Sudah lama aku tinggal di dekat kolam kecil ini. Hari ini ada dua orang pencari ikan yang melewati tempat ini. Ketika mereka melihat mata air yang penuh dengan ikan, mereka berencana dua atau tiga hari ke depan mereka akan mendatangi tempat ini setelah menangkap ikan di danau lain. Bila mereka tiba di sini, rencanaya semua ikan yang ada di sini akan ditangkap dan dibawa pulang.”
Kepiting mengabarkan apa yang disampaikan oleh burung pemakan ikan itu kepada ikan-ikan yang ada di kolam itu. Begitu mendengar berita itu, ikan-ikan sangat ketakutan. Mereka berkumpul dan mengelilingi kepiting. Salah satu dari ikan-ikan itu berkata, “Sekarang, bagaimana kita dapat keluar dari kolam ini? Kita sendiri tidak mungkin dapat melakukan itu. Satu-satunya yang dapat menolong kita adalah burung pemakan ikan. Kita harus menghadapnya.”
Ikan-ikan bersama kepiting berenang mendekati pinggir kolam untuk bermusyawarah dengan burung pemakan ikan. Burung pemakan ikan yang tidak punya kerjaan dan sedang duduk bermalas-malasan di pinggir kolam begitu gembira menyaksikan ikan-ikan mendekati pinggir kolam. Ia mengerti bahwa tipu dayanya mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan.
Ikan-ikan itu bertanya kepadanya, “Menurutmu berapa lama lagi para pencari ikan itu akan mendatangi tempat ini?”
Burung pemakan ikan merapatkan sayapnya dan berkata, “Saya tidak tahu kapan tepatnya, tapi yang saya pahami, satu atau dua hari lagi mereka akan kembali ke tempat ini.”
Ikan-ikan bertanya lagi, “Apakah engkau bersedia menolong kami?”
Burung pemakan ikan yang menanti usulan seperti ini dengan segera berkata, “Tentu saja saya siap membantu kalian. Benar, kita selama ini adalah musuh, tapi ketika melihat kalian dalam kondisi sulit, maka kita harus saling membantu. Saya tahu ada kolam lain yang tidak jauh dari kolam ini dan tidak ada pencari ikan yang tahu tempatnya. Tapi kalian tahu bahwa aku ini sudah tua dan lemah. Saya tidak dapat membawa kalian secara keseluruhan. Untuk membawa kalian satu persatu ke sana membutuhkan satu hingga dua hari.” Ikan-ikan akhirnya menerima usulan burung pemakan ikan.
Burung pemakan ikan mulai melakukan pekerjaannya. Setiap harinya dalam dua tahap ia membawa beberapa ekor ikan dari kolam itu dan langsung memakannya. Selama beberapa hari burung pemakan ikan yang licik itu melanjutkan kerjanya dan ia berhasil memenuhi perutnya dengan ikan-ikan itu.
Setelah beberapa hari berlalu, kepiting berkata kepada burung pemakan ikan, “Saya ingin sekali melihat kolam lain yang engkau ceritakan itu dan setelah bertemu ikan-ikan yang engkau bawa ke sana, saya akan menceritakan keceriaan mereka kepada teman-temannya.”
Burung pemakan ikan berkata dalam hati, “Tampaknya kepiting mulai mengkhawatirkan kondisi ikan-ikan yang rencananya harus aku bawa ke kolam lain. Bila ini berlanjut, kekhawatiran ini akan menyebar kepada ikan-ikan yang ada di kolam dan mereka akan meragukan kejujuranku. Lebih baik aku membawanya berkumpul dengan “teman-temannya” agar dapat lolos dari gangguannya.”
Setelah itu burung pemakan ikan berkata kepada kepiting, “Ide yang baik sekali. Mari kita pergi sekarang juga. Naiklah ke punggungku dan kau akan kubawa ke tempat ikan-ikan itu. Kita akan sampai di sana tidak lebih dari satu jam perjalanan dan setelah itu kita kembali.”
Kepiting menerima tawaran itu. Ia lalu naik ke punggung burung pemakan ikan dan terbang di udara. Burung pemakan ikan ingin menjauhkan kepiting dari kolam penuh ikan itu dan di suatu tempat ia melemparkan kepiting ke bawah. Tapi burung pemakan ikan salah perkiraan. Ternyata kepiting sangat cerdas. Karena sekelabatan ia melihat tulang-tulang ikan di bukit. Ia tahu bahwa ikan-ikan yang dibawa burung pemakan ikan tidak pernah sampai di kolam yang dijanjikan. Mereka dibawa ke satu tempat dan dimakan di sana. Kepiting mulai merasa jiwanya juga sedang terancam. Untuk itu ia memutuskan untuk membalaskan dendam ikan-ikan itu.
Kepiting mulai melingkarkan tangannya di leher burung pemakan ikan. Dengan otot-otot tangannya yang kuat ia mulai mencekik leher burung pemakan ikan. Karena lehernya tercekik dan tidak mampu lagi bernapas, burung pemakan ikan dan kepiting keduanya terhempas ke bawah. Setelah yakin bahwa burung pemakan ikan telah mati, kepiting baru melepaskan jepitan tangannya di leher burung itu. Dengan segera ia kembali ke kolam dan mengabarkan apa sesungguhnya yang terjadi. Ia menceritakan segala makar yang dilakukan burung pemakan daging dan sekaligus kematiannya. Ikan-ikan begitu sedih mendengar kematian teman-temannya. Tapi mereka akhirnya memahami untuk tidak mudah percaya omongan musuh, bahkan mereka tidak boleh menanti kebaikan dari musuh.
Di balik mata air yang tenang ada dunia yang penuh dengan kegalauan dan hasrat. Karena bila kondisi seperti ini terus berlanjut, burung pemakan ikan yang sudah tua ini harus merelakan dirinya mati kelaparan. Ketika ia melihat ke dalam air, sesaat ia berpikir untuk menerapkan tipu daya demi memenuhi perutnya yang kosong. Ia mulai mendekat kolam kecil itu dan duduk tepat di samping rumah seekor kepiting. Setelah itu ia mulai berteriak seakan-akan merasakan kesakitan.
Kepiting keluar dari rumahnya dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi padamu? Mengapa engkau terlihat begitu kusut dan sedih?”
Burung pemakan ikan menjawab, “Dunia yang ada ini tidak memberikan tempat kepadaku untuk bergembira dan merasa senang. Sudah lama aku tinggal di dekat kolam kecil ini. Hari ini ada dua orang pencari ikan yang melewati tempat ini. Ketika mereka melihat mata air yang penuh dengan ikan, mereka berencana dua atau tiga hari ke depan mereka akan mendatangi tempat ini setelah menangkap ikan di danau lain. Bila mereka tiba di sini, rencanaya semua ikan yang ada di sini akan ditangkap dan dibawa pulang.”
Kepiting mengabarkan apa yang disampaikan oleh burung pemakan ikan itu kepada ikan-ikan yang ada di kolam itu. Begitu mendengar berita itu, ikan-ikan sangat ketakutan. Mereka berkumpul dan mengelilingi kepiting. Salah satu dari ikan-ikan itu berkata, “Sekarang, bagaimana kita dapat keluar dari kolam ini? Kita sendiri tidak mungkin dapat melakukan itu. Satu-satunya yang dapat menolong kita adalah burung pemakan ikan. Kita harus menghadapnya.”
Ikan-ikan bersama kepiting berenang mendekati pinggir kolam untuk bermusyawarah dengan burung pemakan ikan. Burung pemakan ikan yang tidak punya kerjaan dan sedang duduk bermalas-malasan di pinggir kolam begitu gembira menyaksikan ikan-ikan mendekati pinggir kolam. Ia mengerti bahwa tipu dayanya mulai menunjukkan tanda-tanda keberhasilan.
Ikan-ikan itu bertanya kepadanya, “Menurutmu berapa lama lagi para pencari ikan itu akan mendatangi tempat ini?”
Burung pemakan ikan merapatkan sayapnya dan berkata, “Saya tidak tahu kapan tepatnya, tapi yang saya pahami, satu atau dua hari lagi mereka akan kembali ke tempat ini.”
Ikan-ikan bertanya lagi, “Apakah engkau bersedia menolong kami?”
Burung pemakan ikan yang menanti usulan seperti ini dengan segera berkata, “Tentu saja saya siap membantu kalian. Benar, kita selama ini adalah musuh, tapi ketika melihat kalian dalam kondisi sulit, maka kita harus saling membantu. Saya tahu ada kolam lain yang tidak jauh dari kolam ini dan tidak ada pencari ikan yang tahu tempatnya. Tapi kalian tahu bahwa aku ini sudah tua dan lemah. Saya tidak dapat membawa kalian secara keseluruhan. Untuk membawa kalian satu persatu ke sana membutuhkan satu hingga dua hari.” Ikan-ikan akhirnya menerima usulan burung pemakan ikan.
Burung pemakan ikan mulai melakukan pekerjaannya. Setiap harinya dalam dua tahap ia membawa beberapa ekor ikan dari kolam itu dan langsung memakannya. Selama beberapa hari burung pemakan ikan yang licik itu melanjutkan kerjanya dan ia berhasil memenuhi perutnya dengan ikan-ikan itu.
Setelah beberapa hari berlalu, kepiting berkata kepada burung pemakan ikan, “Saya ingin sekali melihat kolam lain yang engkau ceritakan itu dan setelah bertemu ikan-ikan yang engkau bawa ke sana, saya akan menceritakan keceriaan mereka kepada teman-temannya.”
Burung pemakan ikan berkata dalam hati, “Tampaknya kepiting mulai mengkhawatirkan kondisi ikan-ikan yang rencananya harus aku bawa ke kolam lain. Bila ini berlanjut, kekhawatiran ini akan menyebar kepada ikan-ikan yang ada di kolam dan mereka akan meragukan kejujuranku. Lebih baik aku membawanya berkumpul dengan “teman-temannya” agar dapat lolos dari gangguannya.”
Setelah itu burung pemakan ikan berkata kepada kepiting, “Ide yang baik sekali. Mari kita pergi sekarang juga. Naiklah ke punggungku dan kau akan kubawa ke tempat ikan-ikan itu. Kita akan sampai di sana tidak lebih dari satu jam perjalanan dan setelah itu kita kembali.”
Kepiting menerima tawaran itu. Ia lalu naik ke punggung burung pemakan ikan dan terbang di udara. Burung pemakan ikan ingin menjauhkan kepiting dari kolam penuh ikan itu dan di suatu tempat ia melemparkan kepiting ke bawah. Tapi burung pemakan ikan salah perkiraan. Ternyata kepiting sangat cerdas. Karena sekelabatan ia melihat tulang-tulang ikan di bukit. Ia tahu bahwa ikan-ikan yang dibawa burung pemakan ikan tidak pernah sampai di kolam yang dijanjikan. Mereka dibawa ke satu tempat dan dimakan di sana. Kepiting mulai merasa jiwanya juga sedang terancam. Untuk itu ia memutuskan untuk membalaskan dendam ikan-ikan itu.
Kepiting mulai melingkarkan tangannya di leher burung pemakan ikan. Dengan otot-otot tangannya yang kuat ia mulai mencekik leher burung pemakan ikan. Karena lehernya tercekik dan tidak mampu lagi bernapas, burung pemakan ikan dan kepiting keduanya terhempas ke bawah. Setelah yakin bahwa burung pemakan ikan telah mati, kepiting baru melepaskan jepitan tangannya di leher burung itu. Dengan segera ia kembali ke kolam dan mengabarkan apa sesungguhnya yang terjadi. Ia menceritakan segala makar yang dilakukan burung pemakan daging dan sekaligus kematiannya. Ikan-ikan begitu sedih mendengar kematian teman-temannya. Tapi mereka akhirnya memahami untuk tidak mudah percaya omongan musuh, bahkan mereka tidak boleh menanti kebaikan dari musuh.
Christopher Columbus: menegakkan sebuah telur
Suatu hari, setelah keberhasilan Christopher Columbus dalam ekspedisinya menemukan benua Amerika..
Diadakan pesta yang meriah untuk merayakan keberhasilannya..
di pesta itu, yang hadir tidak hanya orang2 yang simpati dengan dia, tetapi juga orang2 yang tidak suka, atau iri dengannya..Para bangsawan yang iri itu selalu berkata, “Kalau cuma menemukan benua baru sih, kita juga bisa.. dia cuma beruntung!”
Omongan tak sedap itu, akhirnya sampai ke telinga Columbus..
Akhirnya dia pun berkata pada semua yang hadir di pesta itu..
“Barang siapa yang bisa menegakkan telur rebus ini di atas meja, maka akan saya berikan sebagian kekayaan saya..” kata Columbus sambil memegang sebuah telur rebus..
Tentu saja, para bangsawan itu tertarik.. mereka smua berusaha menegakkan telur rebus itu..
Namun, setelah satu jam berlalu, tidak satu pun diantara mereka yang bisa menegakkan telur itu.. telur rebus itu selalu jatuh, dan tidak pernah mau tegak.. hal yang wajar, memang..
Akhirnya, salah seorang di antara mereka berteriak, “Kau mau mempermainkan kami yah, Columbus?!! Mana mungkin telur rebus bisa tegak?!!”
Columbus hanya tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, sayembaranya kita sudahi sampai disini..” dia mengambil sebuah telur rebus. “Tentu saja telur rebus bisa ditegakkan!”
Semua orang penasaran dengan apa yang akan dilakukan olehnya. Ternyata, Columbus, dengan santainya menegakkan telur itu diatas meja, lalu menekannya, hingga bagian bawah telur rebus itu remuk, dan akhirnya bisa berdiri dengan tegak..
Semua orang tercengang, dan akhirnya bangsawan yang iri dengannya kembali berteriak, “Kalau begitu caranya!! KAMI JUGA BISA!!!”
Columbus, dengan santai menjawab, “Kalau bisa, kenapa tidak dilakukan?”
Demikianlah, perbedaan antara orang yang berhasil dan orang yang gagal, adalah tentang keberanian mereka dalam melakukan sesuatu..
Diadakan pesta yang meriah untuk merayakan keberhasilannya..
di pesta itu, yang hadir tidak hanya orang2 yang simpati dengan dia, tetapi juga orang2 yang tidak suka, atau iri dengannya..Para bangsawan yang iri itu selalu berkata, “Kalau cuma menemukan benua baru sih, kita juga bisa.. dia cuma beruntung!”
Omongan tak sedap itu, akhirnya sampai ke telinga Columbus..
Akhirnya dia pun berkata pada semua yang hadir di pesta itu..
“Barang siapa yang bisa menegakkan telur rebus ini di atas meja, maka akan saya berikan sebagian kekayaan saya..” kata Columbus sambil memegang sebuah telur rebus..
Tentu saja, para bangsawan itu tertarik.. mereka smua berusaha menegakkan telur rebus itu..
Namun, setelah satu jam berlalu, tidak satu pun diantara mereka yang bisa menegakkan telur itu.. telur rebus itu selalu jatuh, dan tidak pernah mau tegak.. hal yang wajar, memang..
Akhirnya, salah seorang di antara mereka berteriak, “Kau mau mempermainkan kami yah, Columbus?!! Mana mungkin telur rebus bisa tegak?!!”
Columbus hanya tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, sayembaranya kita sudahi sampai disini..” dia mengambil sebuah telur rebus. “Tentu saja telur rebus bisa ditegakkan!”
Semua orang penasaran dengan apa yang akan dilakukan olehnya. Ternyata, Columbus, dengan santainya menegakkan telur itu diatas meja, lalu menekannya, hingga bagian bawah telur rebus itu remuk, dan akhirnya bisa berdiri dengan tegak..
Semua orang tercengang, dan akhirnya bangsawan yang iri dengannya kembali berteriak, “Kalau begitu caranya!! KAMI JUGA BISA!!!”
Columbus, dengan santai menjawab, “Kalau bisa, kenapa tidak dilakukan?”
Demikianlah, perbedaan antara orang yang berhasil dan orang yang gagal, adalah tentang keberanian mereka dalam melakukan sesuatu..
Apa jawaban anda?
Apa jawaban anda? (Sebuah renungan)
Pahamilah sebuah pertemanan!
ini adalah sebuah pertanyaan bagus, cobalah menjawab.....
Anda sedang menyetir sendirian dengan mobil kecilmu, tengah malam, hujan deras
dan banyak guntur dan petir. Agak jauh dari perumahan penduduk.
Tetapi tiba-tiba, mobil anda di stop oleh 3 orang yang yang sedang menunggu tumpangan:
1. Perempuan tua yang sekarat, butuh bantuan darurat
2. Seorang teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda
3. Partner yang sempurna, yang anda impikan selama ini.
Orang yang mana yang anda pilih, untuk ikut bersama anda.
Karena mobil anda kecil, jadi hanya muat satu orang bersama pengemudi.
Pikirkanlah baik-baik!!!!
(sebelum melanjutkan)
sebuah dilema moral, untuk memilih yang terbaik bagi anda dan sesama.
* Membawa wanita tua itu, karena butuh pertolongan darurat (dia tidak punya banyak waktu menunggu), atau
* Memilih teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda, ini adalah waktu yang tepat untuk membalasnya.
* atau Parrtner yang sempurna, yang belum tentu akan ketemu lagi seumur hidup.
Telah banyak yang menjawab pertanyaan ini, dan
mereka memilih yang terbaik menurut mereka.
Tetapi telah ditemukan 1 jawaban yang mengejutkan....
^^^
Dia menjawab dengan simpel:
"Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada
teman lama yang pernah menyelamatkan hidup saya,
dan dia akan mengantarkan wanita yang sekarat itu.
Saya akan berdiri di samping partner yang saya idamkan,
sambil menunggu tumpangan yang akan lewat.
Sometimes, we gain more if we are able to give up our stubborn thought limitations.
Never forget to 'Think Outside of the Box.'
Bijaklah menanggapi masalah, karena semua pasti ada jalan keluarnya. Enjoy your day :)
Pahamilah sebuah pertemanan!
ini adalah sebuah pertanyaan bagus, cobalah menjawab.....
Anda sedang menyetir sendirian dengan mobil kecilmu, tengah malam, hujan deras
dan banyak guntur dan petir. Agak jauh dari perumahan penduduk.
Tetapi tiba-tiba, mobil anda di stop oleh 3 orang yang yang sedang menunggu tumpangan:
1. Perempuan tua yang sekarat, butuh bantuan darurat
2. Seorang teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda
3. Partner yang sempurna, yang anda impikan selama ini.
Orang yang mana yang anda pilih, untuk ikut bersama anda.
Karena mobil anda kecil, jadi hanya muat satu orang bersama pengemudi.
Pikirkanlah baik-baik!!!!
(sebelum melanjutkan)
sebuah dilema moral, untuk memilih yang terbaik bagi anda dan sesama.
* Membawa wanita tua itu, karena butuh pertolongan darurat (dia tidak punya banyak waktu menunggu), atau
* Memilih teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda, ini adalah waktu yang tepat untuk membalasnya.
* atau Parrtner yang sempurna, yang belum tentu akan ketemu lagi seumur hidup.
Telah banyak yang menjawab pertanyaan ini, dan
mereka memilih yang terbaik menurut mereka.
Tetapi telah ditemukan 1 jawaban yang mengejutkan....
^^^
Dia menjawab dengan simpel:
"Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada
teman lama yang pernah menyelamatkan hidup saya,
dan dia akan mengantarkan wanita yang sekarat itu.
Saya akan berdiri di samping partner yang saya idamkan,
sambil menunggu tumpangan yang akan lewat.
Sometimes, we gain more if we are able to give up our stubborn thought limitations.
Never forget to 'Think Outside of the Box.'
Bijaklah menanggapi masalah, karena semua pasti ada jalan keluarnya. Enjoy your day :)
ayah!
"Statistik membuktikan bahwa orang² yg kehilangan kasih sayang dr ayahnya, akan tumbuh dgn kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri, dan menjadi kriminal yg kejam.
Sekitar 70% dr penghuni penjara dgn hukuman seumur hidup adalah orang² yg bertumbuh tanpa ayah.
Para ayah,
Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak² Anda.
Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan ”sisa-sisa” energi dan duduk menonton TV.
Peluk anak² Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral.
Dan Anda tidak akan menyesal,
karena anak² Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan dan persiapkan.
Ayah yang sukses bukanlah pria paling kaya atau paling tinggi jabatannya di perusahaan atau lembaga pemerintahan, tetapi seorang pria yg anaknya berkata: "Aku mau menjadi seperti ayah" atau "Aku mau seorang suami yg seperti ayah"
Seorang ayah lebih berharga daripada 100 orang guru di sekolah.
Respon dariqu:
(y) ayahku seorang petani miskin yang gak bisa baca dan tulis namun dya slalu mengajarkan aku untuk bisa menuntut ilmu sama berjuta guru yang ada di dunia ini, akhirnya hari ini aku sudah bisa baca dan tulis juga sudah bisa bertemu bahkan sekelas dengan anak dari ayah2 lain yang jauh pendidikan formalnya dari ayahku, semua itu karena kasih sayang ayahku mengajarkan hidup itu padaku disela-sela waktunya membajak sawah. Aku yakin motivasi ayahku dan bimbingan serta doa ayahku mampu mengalahkan anak-anak dari ayah lain di dunia ini. "Aku mau menjadi seperti ayah dan Aku mau jadi seorang suami yg seperti ayah"
Sekitar 70% dr penghuni penjara dgn hukuman seumur hidup adalah orang² yg bertumbuh tanpa ayah.
Para ayah,
Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak² Anda.
Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan ”sisa-sisa” energi dan duduk menonton TV.
Peluk anak² Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral.
Dan Anda tidak akan menyesal,
karena anak² Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan dan persiapkan.
Ayah yang sukses bukanlah pria paling kaya atau paling tinggi jabatannya di perusahaan atau lembaga pemerintahan, tetapi seorang pria yg anaknya berkata: "Aku mau menjadi seperti ayah" atau "Aku mau seorang suami yg seperti ayah"
Seorang ayah lebih berharga daripada 100 orang guru di sekolah.
Respon dariqu:
(y) ayahku seorang petani miskin yang gak bisa baca dan tulis namun dya slalu mengajarkan aku untuk bisa menuntut ilmu sama berjuta guru yang ada di dunia ini, akhirnya hari ini aku sudah bisa baca dan tulis juga sudah bisa bertemu bahkan sekelas dengan anak dari ayah2 lain yang jauh pendidikan formalnya dari ayahku, semua itu karena kasih sayang ayahku mengajarkan hidup itu padaku disela-sela waktunya membajak sawah. Aku yakin motivasi ayahku dan bimbingan serta doa ayahku mampu mengalahkan anak-anak dari ayah lain di dunia ini. "Aku mau menjadi seperti ayah dan Aku mau jadi seorang suami yg seperti ayah"
Makanan dari Surga
Alkisah mengisahkan, Yunus, putra Adam, suatu hari memutuskan untuk tidak melulu berpasrah pada takdir, namun ia akan mencari tahu cara dan alasan penyediaan kebutuhan manusia.
"Aku adalah seorang manusia," ia membatin. "Sebagai manusia aku memperoleh bagian dari kebutuhan dunia, setiap hari. Bagian ini datang, padaku dengan usahaku sendiri, digabung dengan usaha orang lain juga. Dengan menyederhanakan proses ini, aku tentu akan menemukan cara makanan mencapai manusia, dan belajar sesuatu tentang bagaimana dan mengapa. Untuk itu, aku akan menelusuri jalan religius, yang mendesak manusia bergantung pada Allah Yang Maha Kuasa untuk kelangsungan hidupnya. Daripada hidup dalam dunia kacau-balau ini, di mana makanan dan kebutuhan lainnya tersedia melalui masyarakat, aku lebih baik menyerahkan diriku pada pemenuhan langsung dari Sang Kuasa yang mengatur segala sesuatu."
Sesudah berkata begitu, ia berjalan memasuki wilayah pedalaman, berserah diri sepenuhnya kepada kekuatan tak kasat mata dengan keyakinan serupa seperti ketika ia menerima bantuan dari yang kasat mata, saat ia masih menjadi guru di sebuah sekolah.
Ia tertidur, yakin bahwa Allah akan memenuhi semua kebutuhannya, sama seperti burung-burung dan binatang buas dipelihara di alam mereka sendiri.
Ketika subuh, kicau burung membangunkannya, dan putra Adam itu terbangun, menunggu makanannya datang. Sekalipun ia telah memasrahkan diri kepada kuasa tak tampak dan percaya bahwa ia akan bisa memahami cara kerjanya ketika kuasa itu mulai bekerja di tempat itu, ia segera sadar bahwa berpikir untung-untungan untuk mendapatkan sesuatu tidak akan banyak membantunya di tempat yang asing itu.
Ia berbaring di tepi sungai, menghabiskan waktunya untuk memperhatikan alam, mengamati ikan di air, dan bersembahyang. Dari waktu ke waktu, orang kaya dan berkuasa lewat, diiringi pengawal yang duduk di atas kuda-kuda terbaik dengan hiasan pelananya yang berbunyi gemerincing, dentingan yang penuh wibawa seolah-olah menandakan jalan itu adalah milik mereka sepenuhnya, dan menyerukan salam ketika melihat ikat kepala Yunus. Kelompok-kelompok peziarah beristirahat dan mengunyah roti kering dan keju, yang membuat air liurnya menetes membayangkan makanan yang paling sederhana.
"Ini hanya sebuah ujian, pasti akan segera berlalu," pikir Yunus, seusai menunaikan shalat Isya hari itu dan merenung menurut cara yang pernah diajarkan padanya oleh seorang darwis yang berbudi luhur dan mulia.
Malam pun berlalu. Ketika Yunus sedang duduk menikmati cahaya matahari terpendar di atas Sungai Tigris yang anggun, lima jam setelah fajar hari kedua, terlihatlah olehnya sesuatu tersangkut di alang-alang. Ternyata itu adalah sesuatu yang dibungkus dengan daun dan diikat dengan serat palem. Yunus, putra Adam, turun ke sungai dan mengambil bungkusan asing itu.
Beratnya sekitar tiga perempat pon. Segera saja aroma sedap menyerbu hidung Yunus saat bungkusan itu dibukanya. Ternyata isinya halwa Baghdad. Halwa ini terbuat dari buah almon, air mawar, madu, kacang, dan bahan eksotis lainnya, berharga karena rasanya yang enak dan khasiatnya untuk kesehatan. Putri-putri Harem menggigitnya pelan-pelan karena cita rasanya; para prajurit membawanya ke medan perang karena bisa meningkatkan ketahanan tubuh, itu digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
"Keyakinanku terbukti," seru Yunus. "Dan kini saatnya menguji. Bila halwa dengan jumlah sama, atau hampir sama, tiba padaku melalui air setiap hari atau secara teratur pada selang waktu berbeda, aku akan tahu cara yang digunakan oleh Sang Pemenuh untuk memenuhi kebutuhanku, dan selanjutnya memakai akalku untuk menemukan sumbernya."
Selama tiga hari berikutnya, tepat pada jam yang sama, sebungkus halwa terapung lagi sampai ke tangan Yunus. Hal ini, pikirnya, adalah penemuan pertama yang sangat penting. Tetapi kemudian, ia sadar bahwa ia tidak tahu; ia hanya mengalami. Langkah berikutnya adalah menyelusuri arus pembawa halwa itu ke hulu hingga ia tiba di sumbernya. Dengan begitu, ia tidak hanya bisa mengetahui asal-usulnya, tetapi juga bagaimana makanan itu disiapkan untuk digunakan olehnya.
Berhari-hari lamanya Yunus menelusuri arus sungai. Setiap hari dengan keberaturan yang sama, tetapi pada saat yang lebih awal, halwa serupa muncul, dan ia memakannya.
Akhirnya, Yunus melihat bahwa sungai itu tidak menyempit di hulu, malahan semakin melebar. Di tengah-tengah sungai yang membentang luas itu terdapat sebidang pulau yang sangat subur. Di atas pulau itu berdiri sebuah istana yang kokoh nan indah. Dari sanalah, pikir Yunus, makanan surga itu berasal.
Saat sedang menimbang langkah berikutnya, Yunus melihat seorang darwis yang tinggi dan lusuh, dengan rambut acak-acakan bak pertapa dan pakaian penuh tambalan warna-warni, berdiri di hadapannya.
"Salam, Baba, Bapak!" sapa Yunus.
"Ishq, Hoo!" balas pertapa itu nyaring. "Dan apa pula urusanmu di sini?"
"Aku sedang melakukan suatu pencarian suci," putra Adam itu menjelaskan, "Untuk menyelesaikannya aku harus mencapai benteng di seberang sana. Adakah Bapak punya nasihat agar saya bisa ke sana?"
"Karena tampaknya engkau tak tahu apa-apa mengenai benteng itu, sekalipun sangat menaruh minat padanya. Akan kuceritakan padamu apa yang kutahu," jawab pertapa itu.
"Pertama, putri seorang raja tinggal di sana, terasing dan terpenjara, dilayani oleh para pelayan jelita, namun dibatasi geraknya. Ia tak mampu lari sebab lelaki yang menangkapnya dan menawannya di situ—sebab ia menolak menikahinya—telah memasang rintangan-rintangan sakti dan sangat sulit ditembus, tak tampak oleh mata telanjang. Engkau harus terlebih dahulu melewati halangan itu untuk bisa masuk benteng dan mencapai maksudmu."
"Kalau begitu halnya, bisakah Bapak menolong aku?"
"Aku sedang hendak memulai perjalanan khusus demi pengabdian. Tetapi kusampaikan padamu suatu mantra, Wadzifah, yang bila engkau layak, akan memanggil bagimu kekuatan gaib para jin kebajikan, makhluk api, satu-satunya yang ampuh menangkal kekuatan sihir di sekeliling benteng itu. Semoga engkau berhasil." Kemudian pertapa itu pergi, setelah merapal suara-suara aneh berulang-ulang dan bergerak dengan gesitnya, sungguh mengagumkan bagi sosoknya yang pantas dimuliakan itu.
Yunus duduk bersila berhari-hari melatih Wadzifah dan mengamati munculnya halwa. Kemudian, suatu sore saat matanya sedang menikmati mentari senja menari-nari di atas menara benteng itu, dilihatnya sesuatu yang aneh. Di sana, berdirilah seorang gadis dengan cahaya kecantikan yang tiada tara, yang tentu saja adalah putri yang diceritakan oleh darwis itu. Gadis itu terpaku sejenak menatap mentari, lalu menjatuhkan sebungkus halwa ke bawah, ke ombak riuh yang berulang-ulang menghantam dinding benteng. Inilah rupanya sumber karunia itu.
"Sumber makanan surga!" seru Yunus. Kini, ia merasa berada di ambang kebenaran. Cepat atau lambat pemimpin jin, yang dipanggilnya terus dengan mantra Wadzifah darwis, pasti datang, dan membantunya mencapai benteng, putri itu, dan kebenaran.
Tak lama setelah berpikir demikian, ia mendapati dirinya dibawa menembus langit menuju alam roh, yang penuh dengan rumah-rumah indah nan mengagumkan. Ia masuk ke salah satunya, dan di dalamnya berdiri suatu makhluk menyerupai seorang manusia, tetapi bukan manusia: penampilannya masih muda, namun bijaksana dan jelas sudah sangat tua. "Hamba," kata makhluk itu, "Adalah pemimpin bangsa jin, dan hamba telah membawa Tuan kemari sebagai jawaban atas panggilan Tuan dan karena Tuan menggunakan Nama Agung yang diberikan pada Tuan oleh Darwis Yang Agung. Apa yang Tuan ingin hamba lakukan?"
"Wahai Pemimpin kaum Jin yang perkasa," sahut Yunus, "Aku adalah seorang Pencari Kebenaran, dan jawaban yang kucari hanya bisa kutemukan di dalam benteng mengharumkan di dekat tempatku berada ketika engkau membawaku kemari, Berilah padaku, aku mohon, kekuatan untuk menerobos benteng dan berbicara dengan putri yang terpenjara di sana."'
"Jadilah menurut permohonanmu!" kata pemimpin Jin. "Namun ingatlah, di atas segalanya, bahwa seorang manusia memperoleh jawab atas pertanyaannya sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti dan mengolahnya sendiri."
"Kebenaran adalah kebenaran," balas Yunus, "Dan aku akan mendapatkannya, tak masalah apa itu bentuknya. Berikan padaku karunia itu."
Segera saja Yunus dikirim kembali dalam wujud tak terlihat (dengan kekuatan sihir Jin) disertai sekelompok jin kecil-kecil, yang ditugaskan oleh pemimpin mereka untuk menggunakan kemampuan khusus mereka membantu manusia itu dalam pencariannya. Di tangannya, Yunus memegang sebuah cermin batu yang kata pemimpin jin harus diarahkannya ke benteng agar ia dapat melihat rintangan-rintangan tak kasat mata.
Yunus berhasil memasuki benteng. Seorang pengawal gerbang segera membawanya kepada putri, yang sungguh jauh lebih mempesona dibandingkan kali pertama terlihat olehnya.
"Kami sangat berterima kasih pada Tuan karena Tuan telah menghancurkan rintangan-rintangan yang melingkupi benteng ini," kata putri itu. "Dan aku kini bisa kembali kepada ayahandaku dan ingin sekali memberikan hadiah atas kepahlawanan Tuan. Mintalah apa saja yang Tuan mau, niscaya akan dikabulkan."
"Hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran," kata Yunus. "Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba."
"Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan."
"Baiklah, Yang Mulia. Bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?"
"Yunus, putra Adam," jawab putri itu, "Halwa itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu."
"Akhirnya aku paham, bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga," kata Yunus.
"Aku adalah seorang manusia," ia membatin. "Sebagai manusia aku memperoleh bagian dari kebutuhan dunia, setiap hari. Bagian ini datang, padaku dengan usahaku sendiri, digabung dengan usaha orang lain juga. Dengan menyederhanakan proses ini, aku tentu akan menemukan cara makanan mencapai manusia, dan belajar sesuatu tentang bagaimana dan mengapa. Untuk itu, aku akan menelusuri jalan religius, yang mendesak manusia bergantung pada Allah Yang Maha Kuasa untuk kelangsungan hidupnya. Daripada hidup dalam dunia kacau-balau ini, di mana makanan dan kebutuhan lainnya tersedia melalui masyarakat, aku lebih baik menyerahkan diriku pada pemenuhan langsung dari Sang Kuasa yang mengatur segala sesuatu."
Sesudah berkata begitu, ia berjalan memasuki wilayah pedalaman, berserah diri sepenuhnya kepada kekuatan tak kasat mata dengan keyakinan serupa seperti ketika ia menerima bantuan dari yang kasat mata, saat ia masih menjadi guru di sebuah sekolah.
Ia tertidur, yakin bahwa Allah akan memenuhi semua kebutuhannya, sama seperti burung-burung dan binatang buas dipelihara di alam mereka sendiri.
Ketika subuh, kicau burung membangunkannya, dan putra Adam itu terbangun, menunggu makanannya datang. Sekalipun ia telah memasrahkan diri kepada kuasa tak tampak dan percaya bahwa ia akan bisa memahami cara kerjanya ketika kuasa itu mulai bekerja di tempat itu, ia segera sadar bahwa berpikir untung-untungan untuk mendapatkan sesuatu tidak akan banyak membantunya di tempat yang asing itu.
Ia berbaring di tepi sungai, menghabiskan waktunya untuk memperhatikan alam, mengamati ikan di air, dan bersembahyang. Dari waktu ke waktu, orang kaya dan berkuasa lewat, diiringi pengawal yang duduk di atas kuda-kuda terbaik dengan hiasan pelananya yang berbunyi gemerincing, dentingan yang penuh wibawa seolah-olah menandakan jalan itu adalah milik mereka sepenuhnya, dan menyerukan salam ketika melihat ikat kepala Yunus. Kelompok-kelompok peziarah beristirahat dan mengunyah roti kering dan keju, yang membuat air liurnya menetes membayangkan makanan yang paling sederhana.
"Ini hanya sebuah ujian, pasti akan segera berlalu," pikir Yunus, seusai menunaikan shalat Isya hari itu dan merenung menurut cara yang pernah diajarkan padanya oleh seorang darwis yang berbudi luhur dan mulia.
Malam pun berlalu. Ketika Yunus sedang duduk menikmati cahaya matahari terpendar di atas Sungai Tigris yang anggun, lima jam setelah fajar hari kedua, terlihatlah olehnya sesuatu tersangkut di alang-alang. Ternyata itu adalah sesuatu yang dibungkus dengan daun dan diikat dengan serat palem. Yunus, putra Adam, turun ke sungai dan mengambil bungkusan asing itu.
Beratnya sekitar tiga perempat pon. Segera saja aroma sedap menyerbu hidung Yunus saat bungkusan itu dibukanya. Ternyata isinya halwa Baghdad. Halwa ini terbuat dari buah almon, air mawar, madu, kacang, dan bahan eksotis lainnya, berharga karena rasanya yang enak dan khasiatnya untuk kesehatan. Putri-putri Harem menggigitnya pelan-pelan karena cita rasanya; para prajurit membawanya ke medan perang karena bisa meningkatkan ketahanan tubuh, itu digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
"Keyakinanku terbukti," seru Yunus. "Dan kini saatnya menguji. Bila halwa dengan jumlah sama, atau hampir sama, tiba padaku melalui air setiap hari atau secara teratur pada selang waktu berbeda, aku akan tahu cara yang digunakan oleh Sang Pemenuh untuk memenuhi kebutuhanku, dan selanjutnya memakai akalku untuk menemukan sumbernya."
Selama tiga hari berikutnya, tepat pada jam yang sama, sebungkus halwa terapung lagi sampai ke tangan Yunus. Hal ini, pikirnya, adalah penemuan pertama yang sangat penting. Tetapi kemudian, ia sadar bahwa ia tidak tahu; ia hanya mengalami. Langkah berikutnya adalah menyelusuri arus pembawa halwa itu ke hulu hingga ia tiba di sumbernya. Dengan begitu, ia tidak hanya bisa mengetahui asal-usulnya, tetapi juga bagaimana makanan itu disiapkan untuk digunakan olehnya.
Berhari-hari lamanya Yunus menelusuri arus sungai. Setiap hari dengan keberaturan yang sama, tetapi pada saat yang lebih awal, halwa serupa muncul, dan ia memakannya.
Akhirnya, Yunus melihat bahwa sungai itu tidak menyempit di hulu, malahan semakin melebar. Di tengah-tengah sungai yang membentang luas itu terdapat sebidang pulau yang sangat subur. Di atas pulau itu berdiri sebuah istana yang kokoh nan indah. Dari sanalah, pikir Yunus, makanan surga itu berasal.
Saat sedang menimbang langkah berikutnya, Yunus melihat seorang darwis yang tinggi dan lusuh, dengan rambut acak-acakan bak pertapa dan pakaian penuh tambalan warna-warni, berdiri di hadapannya.
"Salam, Baba, Bapak!" sapa Yunus.
"Ishq, Hoo!" balas pertapa itu nyaring. "Dan apa pula urusanmu di sini?"
"Aku sedang melakukan suatu pencarian suci," putra Adam itu menjelaskan, "Untuk menyelesaikannya aku harus mencapai benteng di seberang sana. Adakah Bapak punya nasihat agar saya bisa ke sana?"
"Karena tampaknya engkau tak tahu apa-apa mengenai benteng itu, sekalipun sangat menaruh minat padanya. Akan kuceritakan padamu apa yang kutahu," jawab pertapa itu.
"Pertama, putri seorang raja tinggal di sana, terasing dan terpenjara, dilayani oleh para pelayan jelita, namun dibatasi geraknya. Ia tak mampu lari sebab lelaki yang menangkapnya dan menawannya di situ—sebab ia menolak menikahinya—telah memasang rintangan-rintangan sakti dan sangat sulit ditembus, tak tampak oleh mata telanjang. Engkau harus terlebih dahulu melewati halangan itu untuk bisa masuk benteng dan mencapai maksudmu."
"Kalau begitu halnya, bisakah Bapak menolong aku?"
"Aku sedang hendak memulai perjalanan khusus demi pengabdian. Tetapi kusampaikan padamu suatu mantra, Wadzifah, yang bila engkau layak, akan memanggil bagimu kekuatan gaib para jin kebajikan, makhluk api, satu-satunya yang ampuh menangkal kekuatan sihir di sekeliling benteng itu. Semoga engkau berhasil." Kemudian pertapa itu pergi, setelah merapal suara-suara aneh berulang-ulang dan bergerak dengan gesitnya, sungguh mengagumkan bagi sosoknya yang pantas dimuliakan itu.
Yunus duduk bersila berhari-hari melatih Wadzifah dan mengamati munculnya halwa. Kemudian, suatu sore saat matanya sedang menikmati mentari senja menari-nari di atas menara benteng itu, dilihatnya sesuatu yang aneh. Di sana, berdirilah seorang gadis dengan cahaya kecantikan yang tiada tara, yang tentu saja adalah putri yang diceritakan oleh darwis itu. Gadis itu terpaku sejenak menatap mentari, lalu menjatuhkan sebungkus halwa ke bawah, ke ombak riuh yang berulang-ulang menghantam dinding benteng. Inilah rupanya sumber karunia itu.
"Sumber makanan surga!" seru Yunus. Kini, ia merasa berada di ambang kebenaran. Cepat atau lambat pemimpin jin, yang dipanggilnya terus dengan mantra Wadzifah darwis, pasti datang, dan membantunya mencapai benteng, putri itu, dan kebenaran.
Tak lama setelah berpikir demikian, ia mendapati dirinya dibawa menembus langit menuju alam roh, yang penuh dengan rumah-rumah indah nan mengagumkan. Ia masuk ke salah satunya, dan di dalamnya berdiri suatu makhluk menyerupai seorang manusia, tetapi bukan manusia: penampilannya masih muda, namun bijaksana dan jelas sudah sangat tua. "Hamba," kata makhluk itu, "Adalah pemimpin bangsa jin, dan hamba telah membawa Tuan kemari sebagai jawaban atas panggilan Tuan dan karena Tuan menggunakan Nama Agung yang diberikan pada Tuan oleh Darwis Yang Agung. Apa yang Tuan ingin hamba lakukan?"
"Wahai Pemimpin kaum Jin yang perkasa," sahut Yunus, "Aku adalah seorang Pencari Kebenaran, dan jawaban yang kucari hanya bisa kutemukan di dalam benteng mengharumkan di dekat tempatku berada ketika engkau membawaku kemari, Berilah padaku, aku mohon, kekuatan untuk menerobos benteng dan berbicara dengan putri yang terpenjara di sana."'
"Jadilah menurut permohonanmu!" kata pemimpin Jin. "Namun ingatlah, di atas segalanya, bahwa seorang manusia memperoleh jawab atas pertanyaannya sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti dan mengolahnya sendiri."
"Kebenaran adalah kebenaran," balas Yunus, "Dan aku akan mendapatkannya, tak masalah apa itu bentuknya. Berikan padaku karunia itu."
Segera saja Yunus dikirim kembali dalam wujud tak terlihat (dengan kekuatan sihir Jin) disertai sekelompok jin kecil-kecil, yang ditugaskan oleh pemimpin mereka untuk menggunakan kemampuan khusus mereka membantu manusia itu dalam pencariannya. Di tangannya, Yunus memegang sebuah cermin batu yang kata pemimpin jin harus diarahkannya ke benteng agar ia dapat melihat rintangan-rintangan tak kasat mata.
Yunus berhasil memasuki benteng. Seorang pengawal gerbang segera membawanya kepada putri, yang sungguh jauh lebih mempesona dibandingkan kali pertama terlihat olehnya.
"Kami sangat berterima kasih pada Tuan karena Tuan telah menghancurkan rintangan-rintangan yang melingkupi benteng ini," kata putri itu. "Dan aku kini bisa kembali kepada ayahandaku dan ingin sekali memberikan hadiah atas kepahlawanan Tuan. Mintalah apa saja yang Tuan mau, niscaya akan dikabulkan."
"Hanya satu hal yang kuidamkan, kebenaran," kata Yunus. "Dan sudah sepantasnya bagi mereka yang memiliki kebenaran untuk mengaruniakannya kepada siapa pun yang bisa memetik manfaat darinya. Hamba mohon pada Paduka Putri, sudilah kiranya Paduka mengaruniakan kebenaran itu kepada hamba."
"Katakanlah Tuan, kebenaran yang sekiranya bisa kusampaikan, niscaya akan kusampaikan."
"Baiklah, Yang Mulia. Bagaimana dan dengan aturan apa Makanan Surga, yaitu halwa menakjubkan yang Paduka kirimkan pada hamba setiap hari, ditakdirkan dikirimkan dengan cara demikian?"
"Yunus, putra Adam," jawab putri itu, "Halwa itu, begitulah engkau menyebutnya, kulempar ke sungai setiap hari sebenarnya sisa-sisa bahan riasan yang kupakai setelah mandi susu."
"Akhirnya aku paham, bahwa pengertian manusia terkondisi sesuai dengan kemampuannya untuk mengerti. Bagi Paduka, halwa adalah sisa-sisa bahan perawatan tubuh setiap hari. Tetapi bagi hamba, itu adalah Makanan Surga," kata Yunus.
Subscribe to:
Posts (Atom)