Ide untuk memulai bisnis bisa muncul kapan saja dan di mana saja. Ambil contoh pengalaman Arnold Sebastian. Kala berlibur ke Bali, pria asal Belanda ini malah melihat peluang mengembangkan bisnis online store di Indonesia. “Saya lihat Indonesia ini luas sekali. Banyak hambatannya jika bisnis dilakukan secara offline,” ucapnya.
Kala itu, ide membuat toko online tersebut memang tergolong nekat. Maklum, pada tahun 2000, penetrasi Internet di Indonesia masih sangat rendah. Namun, Arnold menilai bahwa potensi bisnis online di Tanah Air begitu besar. Karakter negara seperti inilah yang dinilainya sesuai dengan konsep bisnis online, yang memang tak akan dibatasi ruang, tempat dan waktu. Internet akan membuka jaringan dan mendekatkan pihak yang jauh. Menurutnya, toko online akan mempersempit jarak antara penjual dan pembeli. Apalagi, ini sangat berguna jika melihat kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan.
Arnold mengakui, ia memang berkiblat pada keberhasilan Amazon.com. Karena itu, ia optimistis situs jual-beli online akan berkembang. Namun, ketidaksiapan infrastruktur situs jual-beli online di Indonesia membuatnya harus mengembangkan situs di luar negeri.
Beruntung, ketika kembali ke Negeri Kincir Angin, ia bertemu dengan Remco Hendrik Lupker. Pegawai pengembang website di Belanda itu membuat dan menjual domain www.tokobagus.com. Akan tetapi, walau sudah dibuat pada 2003, situs itu tidak langsung digunakan. Sebab, saat itu pasar online belum terbentuk.
Tokobagus.com adalah situs di mana perusahaan dan perorangan dapat menjual dan membeli produk ataupun jasa. Sesungguhnya, saat itu tidak terpikir bahwa perkembangan situs jual-belinya akan sepesat sekarang. Ia hanya ingin bisnisnya itu seperti Amazon.com. “Yang penting, domainnya sudah dibuat,” ujar pria kelahiran 26 maret 1980 itu.
Ketika perdagangan online mulai marak, barulah Arnold menggandeng Remco untuk berinvestasi bersama. Persahabatan berbeda usia itu membuahkan kata sepakat, mereka akan membesut toko online jual-beli dengan pasar di Indonesia. Remco, pria kelahiran Delft, 24 Maret 1969, sudah malang-melintang puluhan tahun dalam pembuatan e-commerce.
Arnold mengatakan, selain modal, diperlukan juga infrastruktur yang baik untuk menunjang keberadaan situs tersebut. Karena itu, baru pada 2005 www.tokobagus.com berhasil diluncurkan.
Saat itu baru sedikit yang mau mencoba memasarkan produk dan jasa melalui Internet. Tokobagus.com sendiri beriklan melalui televisi. Namun, cara itu menurut Arnold sangat tidak efektif. ”Kalau kita mau menjangkau pasar online, strategi pemasarannya juga harus melalui pemasaran digital,” katanya. Terhitung sejak 2008 Tokobagus.com agresif menjangkau pasar lebih luas.
Arnold mengungkapkan, kelebihan Tokobagus.com adalah ruang yang diberikan secara cuma-cuma bagi para penjual. “Kami sebagai penjual diberi ruang secara gratis. Promo yang dilakukan penjual dianggap sebagai iklan. Setiap iklan gratis yang terpasang akan tersusun berdasarkan urutan waktu, sehingga pengiklan hari ini akan berada pada nomor urut lebih awal dibandingkan penjual yang memasang iklan sehari sebelumnya,” ujarnya.
Tokobagus.com berkembang sangat pesat. Kini anggota Tokobagus.com mencapai lebih dari 700 ribu. “Namun itu merupakan total anggota yang terdaftar dari awal sampai sekarang. Ada sebagian yang non-aktif. Kini hanya sekitar 40%-nya yang aktif,” ungkapnya ketika ditemui di kawasan Hotel Indonesia.
Saat ini, jumlah SDM-nya sudah mencapai 40 orang. Kantornya yang semula di Denpasar, Bali, pada Januari 2011 dipindahkan ke Jakarta. “Kami mempertimbangkan akses yang lebih mudah jika di Jakarta,” kata Arnold. Menurutnya, di Ibu Kota, Tokobagus.com lebih mudah berkoordinasi dengan mitra bisnis.
Kesuksesan Tokobagus.com salah satunya terlihat dari puluhan ragam kategori. Tiap subkategori mencapai ratusan ribu. Subkategori di antaranya properti, otomotif, fashion, jasa dan travel. Saat ini iklan Tokobagus.com telah mencapai lebih dari 1 juta, dengan update iklan terbaru setiap hari mencapai 10.000. Pageview-nya dua jutaan per hari. Lalu, apa yang membedakan Tokobagus.com dengan situs belanja online lainnya?
Arnold menyebutkan, Tokobagus.com tidak ambil bagian di setiap transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli. ”Situs-situs semacam ini di luar negeri juga digratiskan,” ujarnya menjelaskan. Transaksi terjadi secara langsung consumer to consumer atau business to consumer. Arnold dan Remco tidak ingin situsnya masuk dalam ranah business to business (B to B). ”Kalau masuk ke B to B, kami sudah masuk dalam ranah hukum,” ujarnya. Di Indonesia, hukum yang mengatur transaksi online B to B belum ada. Mereka tak mau mengambil risiko tersebut. Apalagi, nilai transaksinya tidak main-main.
Bagi Arnold, kualitas dan kepuasan pelanggan terhadap layanan Tokobagus.com merupakan hal yang sangat penting. Hal ini penting untuk menyaring pengiklan yang bertujuan menipu. “Bukan tidak mungkin situs gratis seperti kami dimasuki pihak-pihak yang ingin menipu,” katanya. Itu bisa dilihat dari penawaran yang dilakukan. Karenanya, setiap penawaran yang datang akan diperiksa.
Arnold menyatakan, harga merupakan salah satu komponen pemeriksaan. “Pernah ada pihak yang menawarkan iPad seharga Rp 3 juta, padahal di tempat lain harganya Rp 8 juta. Terpaksa kami tolak,” ujar pria yang fasih berbahasa indonesia itu.
Untuk terus meningkatkan layanan, pada awal Januari 2011 Tokobagus.com melakukan survei terhadap seluruh pengiklannya. Survei tersebut menyangkut volume, omset dan lalu lintas transaksi. Survei menggunakan metode dengan tingkat kepercayaan 99% dan margin kesalahan 5%. Yang mengejutkan, hasil survei menunjukkan bahwa nilai transaksi terbukukan sebanyak Rp 300 miliar pada Desember 2010. “Itu hanya produk yang nilainya tidak begitu besar. Komoditas seperti properti dan otomotif tidak termasuk dalam nilai transaksi ini. Jika dimasukkan, nanti nilainya tidak valid lagi,” kata lulusan Jurusan Industri Telekomunikasi Universitas James Madison, Amerika Serikat, itu.
Menurut Arnold, bisnis Tokobagus.com tahun 2010, jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya, mengalami perkembangan pesat, yaitu meningkat 150%-200%. Ia menyadari tantangan terbesar dalam mengembangkan situs jual-beli online adalah menciptakan suasana belanja yang kondusif dan edukatif di mal online-nya.
Untuk mengelola situs toko online, juga dibutuhkan investasi yang cukup besar. “Tentu saja, investasi dalam hal uang besar sekali. Namun, kami tidak memfokuskan pada keuntungan yang cepat,” ujar Arnold. Karena itulah, kedua pendiri Tokobagus.com mencari pihak ketiga sebagai investor. Sayangnya, Arnold tidak mau menyebutkan nama perusahaan yang menjadi investor ketiga tersebut. Sampai sekarang, bahkan investor terus menyuntikkan dana. “Namanya bisnis memang harus suffer. Itu wajar. Mungkin baru 5-10 tahun ke depan investasi kami kembali,” kata pria yang kerap tidak tidur semalaman jika ada persoalan dengan server itu.
Ada banyak pekerjaan rumah yang masuk dalam daftar yang terus mereka perbaiki. Selain menghasilkan situs-situs baru, mereka juga terpikir menjadi escrow (perantara pembayaran) dalam transaksi online-nya, guna lebih menjamin keamanan transaksi. Di sana fungsi Tokobagus.com menjadi kasir. Namun, situs itu tetap menjalankan fungsinya seperti semula: tidak mengambil margin atas transaksi. “Tapi,” kata Arnold, “rencana itu juga melihat perkembangan regulasi jual-beli online di Indonesia.”
Menurut Agus W. Soehadi, guru besar pemasaran dari Prasetiya Mulya, salah satu hal penting dalam startup digital business adalah bagaimana mencari asal revenue model bisnisnya. Apakah dari keanggotaan, iklan, fee setiap transaksi yang terjadi, penjualan produk, ataukah jasa.
Setelah itu, perlu ditentukan value proposition-nya, terutama yang terkait dengan platform yang memungkinkan konsumer memiliki kemudahan untuk akses, berinteraksi dengan pengguna yang lain. Harus dipastikan apakah pengguna dapat mengekspresikan dirinya melalui platform itu atau berkesempatan memperoleh atau merancang sendiri layanan sesuai dengan kebutuhannya.
Kemudian, perlu dipikirkan infrastrukturnya agar platform tersebut dapat dirancang dan dieksekusi seperti hardware, software penunjang, dan pengembangan konten.
Berikutnya, si pengelola bisnis digital mesti memiliki pola pikir bahwa penciptaan value proposition konsumen tidak hanya didominasi perusahaan, tetapi perusahaan bersama konsumen menciptakan value. Jadi, dari konsep one-to-many ke many-to-many. Hal itu membuat proposisi nilai yang ditawarkan dapat mengikuti perkembangan konsumen.
Dengan konsep ini, tugas pemasaran tidak hanya didominasi perusahaan. Konsumen juga aktif mengomunikasikan produk kita karena merupakan bagian dari perusahaan itu sendiri, seperti apa yang dilakukan Tokobagus.com dan beberapa bisnis digital yang sukses.
“Model bisnis yang kuat membuat penetrasi yang kuat. Investor akan lebih tertarik menanam uang di bisnis ini,” ujar Agus.(*)
Sumber:
Taufik Hidayat dan Rias Andriati
Riset: Evi Amanayati
No comments:
Post a Comment