BANDA ACEH CYBER CITY
“Konsep kota modern berbasis teknologi informasi”
Oleh:
Muhibbuddin, ST
Mahasiswa Pascasarjana MPP UNSYIAH
Cyber City merupakan suatu kota yang memiliki infrastruktur yang mempunyai sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi yang lengkap baik kuantitas dan kualitasnya dari sistem yang digunakan maupun keterpaduan komponen sistem yang ada dalam kota tersebut.
Wacana Cyber City di Indonesia mulai mengemuka pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an yaitu dengan disahkannya Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2001. Akan tetapi proses implementasi dari Inpres tersebut sampai sekarang belum direalisasikan. Di lain pihak ada sebagian kalangan industri mendirikan pusat-pusat pengembangan sofware/hardware dilingkungan industrinya yang mereka sebut dengan cyber city meski pada kenyataannya masih jauh dari definisi cyber city itu sendiri. Cyber city yang mereka istilahkan untuk kegiatan mereka sangatlah berbeda dengan apa yang telah ada di negara lain seperti cyber city di Korea atau Taiwan. Selain itu belum adanya aturan atau regulasi yang jelas menjadikan industri pengembang melakukan inisiatif mereka sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri karena mereka menyadari begitu banyak potensi dari cyber city ini.
Perencanaan Banda Aceh sebagai kota cyber city akan menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat banda aceh di bidang teknologi informasi. Hampir semua warung kopi di Banda Aceh sudah menghadirkan titik hotspot yang memanfaatkan teknologi wireless fidelity (WiFi). Hal ini menunjukkan tingkat kebutuhan masyarakat banda aceh dalam mengakses data internet sangat tinggi sedangkan fasilitas yang digunakan masih bersifat personal.
Sebuah kota dengan konsep Cyber City yang telah mapan akan menjadi sebuah kota yang terkoneksi di seluruh bidang. Berbagai kebutuhan masyarakat kota dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain-lain tersaji dalam satu konsep yang saling berhubungan. Contoh sederhana misalnya dalam pembuatan KTP yang bisa dilakukan secara online sehingga kemudian dapat memangkas berbagai birokrasi yang berbelit-belit dan membuang-buang waktu dan biaya yang tidak perlu. Yang akhirnya konsep Cyber City diharapkan dapat meningkatkan kualitas warga sebuah kota.
Alasan untuk mewujudkan kota Banda Aceh sebagai Cyber City dimana dengan langkah ini diharapkan semakin banyak pengguna dan masyarakat tidak gagap lagi dengan teknologi informasi khususnya untuk mengakses internet, .di samping itu, keberadaan layanan akses internet akan memancing minat wisatawan, baik mancanegara maupun domestik untuk berdatangan ke lokasi hot spot layanan internet . Demikian juga para pebisnis dapat memanfaatkan internet di ruang publik sehingga lambat Kota Banda Aceh akan menjadi salah satu daerah tujuan bisnis dan objek wisata yang diharapkan bisa semakin terkenal dalam skala nasional maupun internasional. Diharapkan , pemerintah kota banda diharapkan memasang puluhan bahkan ratusan access point atau titik akses internet di berbagai wilayah kota Banda Aceh.
WiFi Warung Kopi Wujudkan Banda Aceh Cyber City
Perencanaan dan pembangunan perkotaan dan pengambilan keputusan wajib mempertimbangkan makna dan kekuasaan dalam ruang – ruang social. Contohnya Bangkok adalah kota yang dirancang menurut konsep-konsep kosmologis. Struktur yang ada, utamanya kuil-kuilo tua, diintegrasikan ke dalam konsep-konsep ini, dan tata bentuk kosmologis dimodifikasikan agar sesuai dengan apa-apa yang sudah terjadi. Ideologis Bangkok masa kini adalah artikulasi tradisi dan indentitas di satu pihak dan pembangunan dan modernitas di pihak lain, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan Thailand 1968: “Bangkok merupakan perpaduan yang unik antara kebesaran serta ritual warisan masa lalu dan program modermisasi yang sangat gencar.
Banda Aceh sejak tempo dulu dijuluki memiliki warung kopi terpanjang di dunia, dan predikat itu tampaknya masih disandang provinsi ujung paling barat Indonesia tersebut. Keadaan bangunan dan fasilitas warung kopi di Aceh tergantung gampong tempat ia berada. Bila warung kopi berada di gampong yang berduduknya kebanyakan orang berpenghasilan sederhana, maka warung kopi itu pun sederhana, bila keadaan penduduk gampong di sekitar warung kopi berpenghasilan tinggi, maka warung kopi pun eksklusif sebanding penduduk di lingkungannya. Warung kopi adalah tempat yang paling ramai dikunjungi para lelaki di Aceh, namun pasca bencana laut tsunami pada 26 Desember 2004 menghantam pesisir propinsi terbarat Republik Indonesia ini, budaya berwarung kopi berubah karena para pekerja lelaki dan perempuan penduduk negara luar yang ke Aceh ikut minum dan berleha-leha di warung kopi, yang mereka anggap seperti café di negara mereka.
Di masa media cetak telah ada, warung kopi menyediakan surat kabat harian atau mingguan dan bulanan yang bisa didapatkan pemilik warung kopi tersebut. Saat media elektronik ada, seperti radio dan televisi, selain penduduk yang tergolong tingkat ekonominya tinggi di kampung itu, warung kopi adalah tempat pertama yang menyediakan barang teknologi informasi tersebut. Begitu seterusnya sampai kini, saat budaya memakai internet menjadi kebiasaan sebagian besar pengunjung warung kopi, maka hampir semua warung kopi, terutama di Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, menyediakan fasilitas mengakses internet dengan media akses seperti handphone dan laptop dibawa sendiri oleh pengunjung.
Untuk mewujudkan konsep kota modern berbasis teknologi informasi di banda aceh maka harus ditinjau dari berbagai aspek terutama aspek social dan budaya masyarakat yang sedang berkembang dan kebutuhan di kota tersebut. Seperti uraian di atas masyarakat banda aceh mempunyai 80 persen warung kopi yang menyediakan jaringan Wi Fi atau fasilitas internet gratis untuk memaksimalkan kepuasan pelanggannya. Bahkan ada beberapa warung kopi yang menyediakan pelayanannya selama 24 jam. Hal ini membuktikan Sebagai bagian dari masyarakat dunia modern, bangsa Aceh sudah saatnya menerapkan konsep cyber city untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja. Dalam pandangan pemerintah, konsep cybercity digambarkan sebagai kawasan dengan infrastruktur teknologi informasi yang memadai baik dari sisi konektivitas jaringan terpadu, kapasitas bandwidth, internet nirkabel dan kabel, dan infrastruktur serat optik mencukupi serta sarana pusat riset yang dikelola bersama perguruan tinggi dan swasta.(*)